Archive for the ‘Tentangku’ Category

Setamat SMU dan mengurungkan cita-cita ke STPDN akupun gamang ingin melanjutkan studi di mana, pernah ada keinginan untuk melanjutkan ke Malaysia mengikuti jejak kawan-kawanku, tapi kuketahui biayanya sangat mahal dan ku tahu orang tuaku tak mampu. Pernah pula aku nekad mendaftar masuk Akademi Angkatan Laut (AAL), tapi baru tes pertama (kondisi fisik luar) aku langsung gugur, karena aku mengindap ambien.

Akhirnya setelah perpisahan SMU akupun nekad untuk kuliah di tanah Jawa. Jogja menjadi pilihanku. Pilihan itu bukan didasarkan atas keinginan yang kuat, tetapi pada putusan yang kubuat ditengah kebingungan.

Akupun berangkat ke Jogja dan bermaksud menginap di tempat uwaku (sepupu bapakku). Aku sendiri tak pernah kesana, modalku kala itu hanya nekad. Tanpa tujuan, bahkan tak tahu akan kuliah dimana.

Akupun sampai di Jogja pada tanggal 9 Juni 2001 langsung menuju alamat rumah uwaku dan keesokan harinya ke Primagama untuk mendaftar bimbingan belajar. Disana sudah banyak teman-teman SMU ku yang bimbel, mereka memang bercita-cita ingin kuliah di kota pelajar itu.

Satu bulan kulalui dengan bimbel dan mempelajari soal-soal UMPTN. Akupun memilih jurusan ilmu hukum dan ilmu pemerintahan UGM dalam UMPTNku. Sebelum UMPTN aku memang tak terlalu optimis akan lulus di salah satu universitas terbaik di negeri ini, kendati aku yakin dapat beraktualisasi di kedua jurusan yang aku pilih. Ketidak optimisanku, karena adanya 30 soal matematika di UMPTN yang semuanya tak kuasa kujawab. Ternyata benar setelah pengumuman akupun tak lulus UMPTN. Untungnya aku telah diterima masuk Fakultas Hukum UII. Kata orang FH ini jauh lebih baik dibanding FH UGM, entah apa parameternya? akupun tak tahu. Mungkin hanya untuk menghibur hatiku yang tak diterima di FH UGM.

 

***

8 September 2001 akupun resmi menjadi mahasiswa FH UII Yogyakarta dengan biaya yang sangat mahal menurut ukuranku. 5 juta untuk uang gedung, 725 ribu untuk SPP/semester plus 30 ribu untuk setiap SKSnya. Belum lagi biaya kontrakanku di Jalan Gejayan sebesar Rp. 1 juta setahun. Aku sering termenung dan kasihan terhadap kedua orang tuaku, karena biaya kuliahku sangat tinggi, sementara tak ada garansi akan jadi apa aku kelak setelah lulus.

Perasaan itulah yang sedikit banyak mengubah perilakuku yang ketika SMU apatis terhadap studi. Kini aku mencoba serius dalam belajar. Semester pertamaku kulalui dengan adaptasi dan mengkondisikan dengan gaya-gaya seorang akademisi. Dirumah kontrakan yang sangat sedih secara fisik bersama teman-temanku; Firman (F.Biologi UGM), Hardi (F.Komunikasi UAJY), Wongso (FH UII), Hefi (FIAI UII) dan Edvin (FKIP UST) aku mulai membaca buku-buku, akupun membiasakan untuk mengoptimalkan waktuku di rumah dan kampus, hanya malam minggu yang kumanfaatkan bersama teman-teman serumah (kadang teman-teman sewaktu SMUku yang lain) untuk refreshing. Kadang ke Mall, kadang ke UGM atau ke Malioboro. Akhirnya semester 1 kuraih dengan gemilang, IPK ku 4,00. Suatu prestasi akademik yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Bahkan banyak teman-teman sekampus dan seangkatanku tiba-tiba menjadikan prestasiku sebagai bahan perbincangan.

Akupun tiba-tiba menjadi bintang kampus, banyak teman yang mendekatiku, mulai untuk belajar bersama, mengajak membentuk kelompok studi, menyeret masuk organisasinya, sampai yang punya keinginan menjadi “teman dekat”ku.

Hidup dalam arus popularitas di kampus membuatku tak tahan. Libido aktivisku seakan memaksaku untuk memasuki salah satu organisasi kampus. HMI menjadi pilihanku, Aku mengenal HMI bukan sebagai barang baru. Aku mengenalnya sejak aku kanak-kanak, maklum abahku adalah aktivis HMI di masanya, bahkan sempat menjadi sekretaris HMI Badko Kalimantan. Dia sangat bangga akan HMI nya, tak jarang ceritanya tentang HMI diulang-ulang. Ceritanya bersama Bang Syamsul Muarif (Mantan Menteri Negara Kominfo) menaiki sepeda motor dari banjarmasin ke Samarinda misalnya diceritakannya berkali-kali. Mungkin hanya itu kebanggaan yang tersisa!.

Di HMI aku menikmati suasana yang beda. Diskusi, demontrasi, hearing dengan para pengambil kebijakan sampai ketemu dengan para tokoh-tokoh politik nasional kudapat disana. Alhasil aku benar-benar menikmatnya. Menjadi aktivis tak membuatku mabuk dan melupakan studiku, bahkan aku mencoba memadukan keduanya. gaya berfikirku mulai terarah, kutipan teoritis sering kupakai dalam menyampaikan pendapat di HMI. Mungkin karena itulah di HMI aku selalu di letakkan pada bidang yang berkaitan dengan pencerahan kader. Aku sempat menjadi ketua bidang Kajian dan pengembangan komisariat FH UII dan menjadi pengurus bidang Litbang HMI Cabang Yogyakarta.

Gara-gara HMI pula aku sempat menjadi Ketua II Lembaga Eksekutif Mahasiswa UII. Bahkan aktivitasku di organisasi juga menyeretku terjun di organisasi etnis. Aku menjadi Sekjend Persatuan Mahasiswa Kalimantan Selatan (PMKS). Di PMKS ini aku banyak bertemu dengan orang-orang lokal, bukan hanya mahasiswa Kalsel di Jogja dan Jawa lainnya, termasuk para dedengkot mahasiswa di kampung. Aku juga mengenal dan sering betemu dengan para pejabat Kalsel semisal Gubernur dan para bupatinya, tak jarang kami makan bersama di sebuah resto hotel berbintang di Jogja.

Di dunia akademik, libido akademikku pun terus menaik, satu tahun terakhir sebelum studi aku terpilih sebagai mahasiswa teladan tingkat Fakultas Hukum UII. Di tingkat universitas pun, aku terpilih sebagai mahasiswa teladan I pula. Satu pencapaian yang tak pernah terbayangkan, terlebih jika aku menyadari siapa diriku? dan seberapa kemampuanku?. Di awal masuk kuliah, aku bahkan tak berani menargetkan IPK. Masih segar dalam ingatanku, seorang teman satu daerah denganku di awal-awal kuliah telah menargetkan IPK 3,50, kedati belakangan hari kuketahui ia tak pernah mencapai target itu. Sebaiknya, aku yang tak pernah menargetkan apa-apa dari pencapaian studiku, justeru meraih IPK yang tinggi dan menjadi mahasiswa teladan pula. Perasaanku kala itu sangat bahagia, bahkan orang tua dan handai tolanku di kampungpun tahu perihal tersebut. Merekapun turut gembira dan tentu menaruh harapan lebih pada diriku.

Gelar mahasiswa teladan membuatku memiliki optimisme yang tinggi, utmanya di bidang akademik. Akupun mengikuti berbagai lomba akademik yang diselenggarakan kampus. Satu tahun sebelum lulus, aku pernah menjuarai lomba penelitian bidang ilmu hukum se FH-UII tahun 2004 dan juara II lomba karya tulis mahasiswa (LKTM) tahun 2005. Bulan Maret 2005 akupun lulus dari FH UII dengan IPK 3,88 (cumlaude). Mulai saat itu aku berhadapan dengan dunia nyata……..